BAB 1 ~ SECARIK PESAN YANG TAK TERSAMPAIKAN
Seberapapun jauh langkahmu, seberapapun keras upayamu mengambil jarak, ada 1 hal yang tidak akan pernah bisa kau enyahkan, dan itulah MASA LALU.
Sungguh, merupakan kesalahan besar berpikir bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik dengan meninggalkan kenangan yang tersisa di tempat dimana semua bermula. Tidak ada yang menjadi lebih baik. Bahkan, setelah 15 tahun berlalu, justru kenangan itu menahan langkahmu untuk membangun kehidupan yang benar-benar baru, tetap membebanimu dengan perasaan tidak selayaknya menikmati bahagia yang hanya menjadi milikmu, dan memaksamu berdamai dengan pekerjaan yang bahkan tidak pernah menjadi "passion" dalam hidupmu. Tidak ada yang benar-benar menjadi lebih baik sepertinya, sejak yang tertanam dalam kepalamu hanya upaya untuk menjadi kuat seperti janjimu 15 tahun lalu. Untuk tidak menangis, meski sesekali kau rindu pada dia yang sebelumnya selalu menjadi tempat bersandarmu. Kau tahu, segalanya bahkan semakin memburuk. Karena hidup yang ada saat ini pun, bukan kau jalani hanya untuk dirimu. Tapi justru kau anggap sebagai kompensasi untuk dia, yang mengorbankan hidupnya untukmu. Untuk dia dan masa lalu kalian yang tidak pernah benar-benar selesai, meskipun 15 tahun telah berlalu.
Jadi, bagaimana mungkin kau ingin aku bersaing dengan semua itu? Kalau aku tidak bisa bersaing dengan dia ketika masih hidup, apalagi sekarang? Baru pertama kali harga diriku sebagai laki-laki harus terhempas pada titik serendah ini. Aku bukan Don Juan. Tapi reputasiku tidak seburuk itu sebelumnya soal menaklukan hati perempuan. Kamu adalah perempuan pertama yang memandangku bukan dengan tatapan penuh pengharapan. Lepas dari pernyataanmu dulu bahwa bagimu aku lebih dekat dari sekedar teman. Tapi, entah kenapa, aku tetap merasa kamu jauh. Karena setiap aku mencoba 1-2 langkah maju mendekat, 3-4 langkah mundur justru kau buat.
~BERSAMBUNG ke BAB 1, PART 2~