Temanku, Mungkin ini bisa mewakilkan betapa sulitnya aku berterus terang. Tentang apa yang sudah ku pendam sampai aku lupa entah sudah berapa lama, tentang apa yang sempat ku sangkal karena tak masuk akal, tentang apa yang kurasakan namun tak bisa kupahami. Berbekal keteguhan hati, aku menyukai temanku sendiri. Kau berkata padaku, menyukai teman adalah hal yang paling terakhir di muka bumi yang ingin kau lakukan. Tapi, kau tau? Itu adalah hal pertama yang ingin kulakukan saat kita memulai lagi dari awal, saat kita dipertemukan. Katanya, menyukai teman memang tiga kali lipat lebih sulit ketibang menyukai orang lain. Yang pertama, kau harus mempertimbangkan tindakanmu agar dia tidak menjauh. Kedua, kau harus tau dimana batasanmu. Ketiga, pilihan apapun yang akan kau ambil tidak ada bedanya, semua terasa salah. Tapi aku suka menghabiskan waktu denganmu, aku menyukai diam-diam menatapmu, aku senang tenggelam dalam perasaanku. Kadang aku bertanya, rasa macam apa yang sedang melanda? Ini tidak seperti pada umumnya, atau mungkin aku tidak tau diluar sana banyak aku-aku yang lain, yang merasakan seperti yang kurasa. Aku kira, aku sudah melupakan namun ternyata tidak. Karena terkadang kau muncul dari imajinasi yang ku ciptakan sendiri. Aku mencoba membiasakan diri dengan cinta yang lain, berkutat dengan tugas sepanjang malam, bekerja paruh waktu meski tak butuh. Semua sudah kulakukan sesuai yang ku mampu, namun kau selalu punya tempat di hatiku. Temanku, berbahagialah. Sebaik-baiknya bahagia manusia. Berdasarkan kisah nyata yang dikembangkan. Copyright MAYALSA 2016
12 parts