Bunyi susunan botol kaca yang saling bersentuhan selalu terdengar seperti rutinitas setiap senja mulai datang menyelimuti desa Jepitu, salah satu desa kecil yang terletak dipinggiran pesisir pantai Jawa Tengah. Terdengar bunyi langkah kaki yang berlari menuruni anak tangga membuat seorang wanita paruh baya menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah ruang makan.
"Yaampun. Hati-hati Ranti, kamu buat Ibu kaget,"
"maaf Bu, Ranti buru-buru. Sudah terlambat,"
"Buuu... ini sudah lewat jam berkunjung Ranti dari hari biasanya. Ranti pamit dulu,Bu."
"iya,Hati-hati"
Ranti adalah sorang gadis berusia 18 Tahun yang tinggal bersama Ibu dan satu orang adiknya. Keluarga kecil tanpa sosok seorang ayah membuat hidupnya telatih mandiri. Ia bangga menjadi wanita yang tidak manja dan mampu melakukan segalanya sendiri tanpa membebani Ibunya juga. Meskipun kondisi keluarga yang tidak terlalu buruk, membuat dirinya tetap berusaha keras untuk membatu pekerjaan Ibunya di rumah sebagai pedagang susu kedelai. Ia tidak pernah absen mengunjungi pantai Jungwok yang terletak tidak jauh dari rumahnya itu. Baginya, mengunjungi pantai setiap senja untuk melihat matahari yang terbenam, merupakan hal terindah yang tidak akan dilewatkannya setiap hari.
Ranti sangat mencintai warna orange keemasan yang terlukis pada langit diatas pantai Jungwok. Ada yang berbeda dari pantai ini, matahari tidak terbenam tepat diujung pantai. Namun, terbenam di sisi selatan pantai. Itu yang menjadi alasan Ranti sangat mencintai pantai ini. Ia tak perlu menutup setengah matanya untuk menahan pancaran sinar cahaya matahari yang menyilaukan. Sehingga ia dapat dengan puas melihat keindahan pantai yang sedang mengalami pergantian hari. Sebotol susu hangat ditangannya selalu menemani sore hari saat ia menikmati suasana pantai. Gadis ini sangat menyukai kedamaian yang dihadirkan oleh pantai Jungwok di sore hari. Di tengah kedamaian saat ia menarik napas dalam, telinganya menangkap suara seseorang yang tengah memangil namanya.