Prolog... Aku termenung melihat butiran-butiran salju itu turun dengan lembut dari langit, mula-mula sebutir dua butir, hingga akhirnya salju-salju menutupi jalan. Aku teringat saat saat dimana kecelakaan itu terjadi pada keluarga kami. Saat dimana kami sekeluarga berkumpul ditengah hangatnya api unggun, yang selalu menyala secara otomatis saat suhu udara berada di 00 Celcius. Aku tertidur dengan nyaman dipelukan ibuku, dan kakaku sedang asik memainkan laptop barunya pemberian ayah, dan adik-adik ku berlomba untuk memasang paling banyak hiasan pohon nata, serta ayahku yang sedang membaca koran sambil menyuruput kopi panasnya. Kami sangat bahagia. Namun, tiba-tiba saja segerombol robot dari pemerintah datang, dan membabat seluruh isi rumah kami. Ibu menyuruh kakak ku untuk melindungi aku dan adik-adik ku, namun ternyata dia tertangkap oleh robot-robot itu, aku dan adik-adikku bergetar ketakutan, kami bersembunyi dibalik lemari milik orang tua kami. Aku menyuruh adik-adikku untuk menahan nafas, supaya suara nafas kami tidak terdengar oleh robot itu. Setelah robot-robot itu pergi, kami keluar, dan melihat apa yang terjadi. Orang tuaku tewas secara mengenaskan, dengan bercakan darah tertumpah dimana-mana. Kakak ku menghilang, dengan meninggalkan sehelai sapu tangan, yang biasa dia bawa kemana pun ia pergi, dan aku memungutnya. Apa yang sebenarnya terjadi pada keluargaku? Mengapa semua orang meninggalkan aku dan adik-adik ku yang masih kecil? Hingga saat ini, aku tidak menyangka dan terus-menerus bertanya, mengapa hidup ini tidak adil? Kembalikan kedua orang tua ku, dan kakak ku...