Dia menutup matanya mencari ketenangan, kalo tidak sudah bisa di pastikan kalo dia akan berteriak padaku. "We need to talk, please!!" nada suaranya pelan tapi juga menunjukan penegasan bahwa dia tidak mau di tolak. "No, there's nothing we need to talk anymore!!" nada suara ku juga gak kalah dari dia "Luv, please. . ." "Nothing 'Luv' is here. My name is Reina. Leave me alone Mr." aku mencoba melepaskan cengkraman tangannya tapi bukannya terlepas malah bertambah erat. "I. Say. We. Need. To. Talk. Now !!!" rahangnya mengeras, sepertinya dia sudah tidak bisa menaham amarahnya lagi. "I. say - hhmmmppfftt. . ." aku tidak bisa meneruskan omongan ku, karena tiba-tiba dia mencium ku. Ciuman yang terlalu mendadak membuat ku gak bisa berfikir dengan jernih.