PROLOG
Hening.
Nyaris tidak terdengar suara apapun. Jalanan yang ku pijaki gelap. Suasana terlihat seperti dalam film-film horror. Aku menempelkan tanganku pada dinding disampingku. Namun, bukannya terasa dingin aku malah merasakan rasa panas yang menjalar seperti aku sedang memegang pemanggangan panas. Mungkin karena aku terlalu merasakan hawa horos saat ini.
Aku mengedarkan pandangannku kesegala arah. Berharap menemukan seseorang yang mungkin bisa membantuku. Tidak ada. Tidak ada satu orang pun disini. Seakan-akan di dunia ini hanya ada aku sendirian. Seolah-olah semua orang meninggalkanku di tempat yang sunyi ini. Sunyi, gelap, hampa, dingin, kesepian.
Sampai aku mendengar sebuah alunan musik yang entah dari mana asalnya. Sesuatu yang aku tahu adalah sebuah lagu yang memenangkan jiwa. Seperti seseorang yang memainkan itu menuntunku menuju jalan yang benar. Seolah yang memainkannya sedang menenangkanku dari kehampaan ini. seolah dia sedang ingin menarikku dari jurang kesunyian yang aku rasakan saat ini. Memberikanku penerangan yang cukup sehingga aku bisa melanjutkan langkah kakiku dan menegakkan kepalaku.
Suara itu, suara yang berasal dari kumpulan nada-nada yang tersusun rapi. Suara yang berasal dari pijatan sang ahli dengan not yang pas. Sebuah harmoni yang seperti sengaja di ciptakan untuk menenangkan hati orang yang mendengarnya. Tapi, yang aku tahu aku jatuh cinta akan hal itu sejak pertama kali mendengarnya.
Dan tanpa sadar, kakiku melangkah mencari dari mana suara itu berasal.
Sebuah ruangan dengan cahaya remang-remang. Ruangan itu kosong, hanya ada sebuah piano di tengah-tengah ruangan. Walaupun tidak terlalu terang, aku bisa melihat seorang pria berkemeja kotak-kotak sedang memainkan piano itu. Punggungnya melenting-lenting menikmati irama yang dia mainkan sendiri.
~Next to chapter 1~