Lidya tidak butuh pengakuan, tidak butuh jawaban, tidak pula butuh balasan, Lidya hanya butuh Melody untuk mengerti bahwa terkadang kebahagiaan bisa didapat dengan hanya sekedar berada di dekat orang yang membuat mereka nyaman.
Cinta adalah sebuah pengorbanan, sebuah perjuangan panjang dan sebuah titik nyaman diantara kemarahan dan kesedihan. Ditengah kekecewaan, dia adalah penyemangat kehidupan, dan dibalik keputusasaan ia datang membawa harapan. Bagiku dia terlalu bercahaya, terlalu bermakna, sesuatu yang bisa kulihat namun tak dapat kusentuh, ada di depan mata namun tak dapat ku gapai, namun satu hal yang aku tahu, bahwa mencintai adalah tentang memberi tanpa mengharap kembali.
".. I needed you as much as you want me to leave, but I'm not leaving yourside until you let me in, you're the light of my life, you gave me purpose, you gave me reason to keep going, let me in, and I'll do the same, let me be the light in your darkest side, let me be the reason for you to realize how womderful you are.."
Karena aku sayang Ibu Kita Melody.
Keseharian Elio bersama keluarga posesifnya.
.
.
.
Si bungsu yang gagal menjadi bungsu namun tetap mendapatkan perlakuan selayaknya bungsu.
"MINGGIR! MINGGIR LIO TAMPAN MAU LEWAT!" - Elio
"Kemari, Elio Riley Sergeyev." - Baron
"Lio sayangnya mommy." - Irene
"Lio-ku." - Eiser
"Apa hukuman yang pantas untuk kucing nakal ini?" - Leandro
"Jadilah anak baik, Lio." - Jericho
"Kakak? Kau lebih terlihat seperti seorang adik." - Alvaro
--------------------
((DILARANG PLAGIAT!!))