Sudah satu tahun semenjak kepergian Mamanya, Karin tidak pernah merasakan kebahagian lagi. Bahkan Ayahnya yang selalu menghibur Karin di saat sedih, juga di landa kesedihan sama seperti dirinya. Tidak ada lagi tawa yang menggema di rumahnya, tidak ada lagi kebahagiaan dalam hidupnya. Semuanya sudah pergi bersama kepergian yang mengantar Mamanya, semua sudah hilang terbawa angin dan tak bersisa. Lalu apakah semuanya akan berubah di saat ia meninggalkan kota kelahirannya dan pergi ke kota Jakarta? Sepertinya semuanya memang akan berubah secara perlahan. Dari mulai Karin yang mulai masuk sekolah kembali, setelah tiga tahun terakhir ia mengikuti home schooling, sahabat-sahabat baru yang selalu setia bersamanya. Bahkan perlahan-lahan Karin mulai melupakan kesedihannya yang selalu menghantui kehidupannya. Satu hal yang Karin tidak pernah mengerti selama hidup di Jakarta adalah Levin. Sosok pria yang merupakan tetangga barunya dan teman sekolahnya itu selalu memandang dirinya penuh dengan kebencian walaupun dirinya tidak sepenuhnya mengetahui apa penyebabnya. Masa lalunya lah yang menyebabkan Levin seperti itu. Lalu apa yang menyebabkan seorang Levin berubah menjadi hangat kepada Karin? Taruhannya lah yang menyebabkan Levin mau melakukan hal seperti itu, walaupun hal tersebut merupakan hal yang sangat bertentangan dengan dirinya. Dapatkah Karin merubah pandangan Levin terhadapnya? Ataukah justru Levin yang akan membuat hati Karin hancur berkeping-keping karena taruhan yang di lakukannya bersama teman-temannya. Namun, ada satu hal yang di tutupi oleh Karin kepada semua orang yang mengenalnya selama ini, bahkan dari sahabat-sahabatnya sekalipun. Apakah Levin dapat mengetahuinya? Ataukah justru ia akan menyesal setelah mengetahui sesuatu yang di sembunyikan oleh Karin kepada semua orang.