>>Prolog "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh." Jeda. "Satu, dua, tiga, empat, lima." Jarinya menyusur simetris ke kanan. "Tujuh sama lima kalo di kali, jadi tiga puluh lima." Ujar Tito bergumam. "Ini lebih dua." Sambungnya lagi. "Jadi semuanya tiga puluh tujuh." Akhirnya Tito manggut - manggut sok tahu. Sisa permen karet yang sudah Tito kunyah itu tertempel tidak elit di kolong meja sekolahnya. Bentuknya macam - macam. Ada kotak, persegi panjang, bulat, segitiga, bahkan ada juga yang berbentuk hati, alias love. Dari sekian banyaknya bekas permen karet itu di tempel, Tito sengaja membuat garis turun dan mendatar. Agar memudahkan Tito menghitungnya nanti. Dan permen karet yang terakhir ia tempelkan barusan sudah ia bentuk menjadi gambar hati. Seperti keadaan perasaannya yang saat ini tengah membuncah bahagia. Karena kehadiran seorang siswi baru di kelasnya. Adanya dia menimbulkan banyak hiburan juga tragedi. Dan itu memang sengaja dibuatnya. Ulah yang sengaja di buat - buat Tito, dan kawan - kawannya tentu saja. Awalnya, Lulu Khalida--siswi baru di kelasnya tak menggubris ulah bocah - bocah berandalan itu. Hingga pada suatu saat kejadian yang Lulu pikir sudah mencapai ambang batas kesabarannya telah dilakukan Cowok Permen Karet itu menyulut amarah dan menginjak - injak harga dirinya. Dan sejak saat itu, Lulu sudah memutuskan jika Tito adalah teman laki - laki yang harus selalu diwaspadai dan amat sangat dibencinya.
1 part