BEHIND THE SCENE
  • Reads 2,977
  • Votes 309
  • Parts 1
  • Reads 2,977
  • Votes 309
  • Parts 1
Complete, First published Apr 24, 2016
Ketika lima menjadi satu
.
.
.
Ini oneshoot yang pernah dilombakan dan menang, yey~
makasih sekali lagi untuk indonesian cassie yang udah vote dan fic ini bisa menang jadi favourite fanfiction untuk rating non yaoi <3 me lav ya guys <3
All Rights Reserved
Sign up to add BEHIND THE SCENE to your library and receive updates
or
#178tvxq
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
𝐒oerabaja, 1730 cover
Stars Behind the Darkness 2 cover
Rafa [End💗] cover
BABY CHANIE cover
OUR SECRET (SKYNANI X PONDPHUWIN)  cover
The Best Of Miracle cover
Kesayangan Bunda cover
After Graduation cover
Choose Family  cover
How To Be A Good Papa | Noren cover

𝐒oerabaja, 1730

40 parts Ongoing

"Berlarilah sejauh mungkin Dhiajeng, karena jika aku menangkapmu, salah satu kakimu akan hilang untuk selamanya." *** Dhiajeng Pratistha, seorang siswi yang dipaksa mencintai sejarah tiba-tiba terlempar pada abad ke-17, di mana masa kolonialisme sedang membangun kejayaannya. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, sosok yang berkuasa adalah Matthias von Herhardt, karakter novel dark romance yang baru saja dia tamatkan diperjalanan menuju Surabaya. Ini bukan hanya berkisah tentang Dhiajeng saja, melainkan sosok Gubernur-Jenderal yang hidup monoton. Kehidupan serba mewah, memiliki kekuasaan tertinggi, dan sempurna. Terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan, Matthias merasa buruk ketika gadis pribumi yang derajatnya rendah tidak menghormatinya dengan baik. Segala cara pun Matthias lakukan untuk membuat Dhiajeng bersujud, menangis, sampai memohon. Langit biru di bumi hijau menjadi saksi bagaimana jungkir balik Dhiajeng yang berusaha melarikan diri dan begitu pula berubahnya dunia Matthias saat merasakan sesuatu yang mereka sebut cinta. "Bagaimana? Puas bermain kejar-kejaran denganku?" ejek Matthias tersenyum angkuh. *** Peringatan : romansa gelap, dewasa, mengandung adegan yang tidak patut dicontoh! Cry, or Better Yet, Beg. © Van Ji & Solche.