Kehadiranmu, seperti tetesan hujan di musim kemarau. Aku menunggumu. Dalam sesaat aku terpaku memandangmu... seolah kamu hanya sebatas imajiku. Namun, senyum teduhmu meyakinkanku bahwa kamu nyata. Bahwa kamu bisa kugapai dengan kedua tanganku. Waktu berlalu... layaknya meruntuhkan harap di tengah angan, tiba-tiba saja kamu melangkah meninggalkanku. Menjauh. Membuatku berusaha berdiri seorang diri kembali. Kamu tahu, aku belum cukup kuat melakukannya. Jadi, bagaimana mungkin aku bisa kembali mengangkat wajahku pada dunia ketika aku belum bisa memercayai diriku sendiri? Endeavor © 2016 by Jenny Annissa. [Best rank: #23 in Short Story (May 12, 2016)]