Perlahan mataku terbuka, kemudian menyadari jika aku berbaring di atas ranjang tempat tidurku sendiri. Dengan perlahan aku mengangkat tubuhku dengan kedua tanganku, namun sengatan perih di lengan kanan membuatku terhempas kembali di atas ranjang, dengan teriakan kecil yang menggema di seluruh ruangan. Kesadaran menghampiriku jika kejadian yang ku alami nyata adanya. Dean, seorang tetangga yang diam-diam selalu kuamati di kejauhan merupakan psikopat yang selalu mempunyai target yang harus ia bunuh. Aku menyukainya hingga kemampuanku untuk menolak tidak berguna, ia menjeratku di dalam pesonanya, membuatku tidak bisa lari kemanapun.
Suara knop pintu terdengar, seketika itu jantung berdetak kencang, pikiranku penuh antisipasi dan ketakutan. Dean berdiri di ambang pintu itu, dia lelaki yang sama dengan lelaki yang kusukai sebelum aku tahu aku merupakan salah satu targetnya. Korban di bawah pisaunya. Langkahnya semakin mendekat dan aku beringsut menjauh. Seringai dingin yang terukir di bibirnya membuatku ketakutan, apalagi saat kurasakan dia duduk di hadapanku dan menahan pergelangan kakiku dengan tangan kokohnya. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, aku menangis dan terisak penuh antisipasi akan dirinya.
"ssshh ... Tenanglah, kembalilah tidur. Aku akan menemanimu, sehingga kau tak perlu takut," katanya merayap mendekat padaku dan membaringkanku secara paksa, kemudian memelukku dengan arogansinya.
"kenapa aku?" tanyaku dengan suara bergetar setengah terisak.
"aku mencintaimu, dan aku harus memilikimu." ujarnya penuh penekanan.
"aku ingin pergi,"ucapku penuh permohonan.
"kau tidak boleh pergi!" Dean membuatku berbaring dan dia segera bergerak menahan tubuhku dengan tindihannya. "kau milikku,"