"Kiss me back." Ucapnya dengan nafas terengah disela-sela ciuman kami. Sementara aku hanya bisa terpaku mendengarnya. Bagaimana aku bisa mencium seseorang yang sama sekali tidak aku cintai?
"Baiklah. Mungkin kau belum siap. Aku akan menunggu sampai kau siap." Ujarnya putus asa. "Tapi, sampai kapan kau akan begini? Kita sudah 2 bulan menikah."
"Maaf...." Hanya kata itu yang bisa kuucapkan.
"Sudahlah. Kata itu tidak menyelesaikan apa-apa." Katanya sambil berbaring membelakangiku.
"Err...baiklah. Kau bisa menyentuhku." Kataku pasrah. Mamah sangat menginginkan cucu. Begitupun dengan ibunya. Dia pun sangat ingin mempunyai anak. Jika aku terus begini, pernikahan kita tidak akan ada artinya kan? Bagaimana pun, aku akan berusaha untuk mencintainya.
"Sudahlah. Aku tidak ingin menyentuh seseorang yg bahkan tidak ingin menciumku kembali." Katanya dengan nada malas.
"Kau bilang kau ingin segera punya anak? Mamah dan ibumu juga berpikiran yang sama kan? Sekarang kau berubah pikiran?" Tanyaku sambil berbaring menghadap pundaknya dan menyentuh pundaknya.
"Bukan seperti itu. Hanya saja, bahkan kau tidak mencintaiku. Bagaimana kita bisa-- sudahlah. Tidur saja. Ini sudah larut malam."
"Aku akan belajar mencintaimu--" kataku pada akhirnya.
"Ya sudah. Tunggu saja sampai saat itu datang. Baru aku akan menyentuhmu." Katanya lalu mulai tertidur dalam diam.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan dirinya. Seorang CEO muda yang sukses. Dia tampan, gagah, kaya. Dia punya segalanya. Tapi aku hanya belum bisa mencintainya. Aku memutuskan untuk menikahinya ketika kita baru bertemu satu sama lain dalam hitungan jam. Apakah aku salah? Lagi pula, sekarang aku sedang belajar untuk mencintainya, kan?