Menulis baginya adalah sebuah penderitaan karena setiap aksaranya adalah dusta Menulis baginya adalah sebuah penghinaan karena setiap paragrafnya adalah nista Menulis baginya adalah sebuah penginjakan karena setiap kalimatnya adalah derita Tapi dia tetap menulis Karena tulisannya sangat abra baginya tak terelokan cahaya yang menembusnya Penyair .. Ia itu sebutannya Seorang yang selalu konflik dengan nadinya karena hatinya tak bisa menerima dan otaknya tak bisa meneruskan Seorang yang selalu berkelahi dengan bayangannya karena tangannya tak bisa menggenggam harap dan kakinya tak bisa melaju Seorang yang selalu berdebat dengan sanubarinya karena lisannya tak terucap kata dan hanya tangisnya saja yang selalu mendera Ia begitu lancang sampai aliwawar menghembusnya kencang menuju cakrawala Ia begitu berani sampai sang aji menghukumnya menyebrangi sebuah alun Namun ia begitu bahagia karena sampai saat ini sampai detik ini tulisannya masih mampu melindunginya . Ia percaya tak ada yang abadi yang abadi hanyalah Tuhan dan sebuah Tulisan.