Hei, kamu. Terimakasi telah memberi luka, juga kenangan yang sangat sulit dilupakan, sangat sulit sampai akhirnya aku menyerah. Membiarkan saja kenangan dan juga luka sendirinya masuk tanpa ku larang seperti dulu, dimana saat aku mati-matian mengusirnya. Toh, sama saja. Dengan tanpa aku larang ujungnya sesak dihati masih ada, air mata kerinduan juga menetes. Berlanjut dengan diriku yang menuntut mu untuk hadir menghapus rindu. Terimakasih Sungguh, tulus kali ini ku ucapkan dalam barisan kata. Setidaknya dengan kehadiran mu 10 tahun lalu menjadi alasan ku untuk membuat cerita ini. Menjadi ide terkuat dalam setiap chapter yang ku buat.