SENJA

aku berjalan menulusuri anak-anak tangga itu. Kududuki bangku hitam ditengah keramaian yang menyorakku dengan penuh gembira. Antara rasa takut, gugup bercampur aduk didetik yang sama. Arah mataku tak karuan ketika melihat sejuta umat tepat dihadapan jidatku yang selebar Bandara Kualanamu. Jari-jariku terasa berat ketika ingin menyentuh setiap sentuhan tuts bewarna hitam putih itu. Dengan gaun hitam yang kukenakan, beserta poni dora yang menutupi keindahan jidat. Tanpa basa-basi, tarikan nafas yang panjang itu membuat awal kehidupanku lebih bewarna.

"Tepuk Tangan yang meriah sekali" kata sang mc, ketika alunan melody itu berhenti. Lebih dari 100 orang bangkit dari bangkunya entah sedikit gatal atau memang aku yang tak merasakan sendiri keindahan lagu yang kuciptakan ketika pertama kali aku merasakan sakit hati melebihin ketika orang sakit gigi.

Mataku terus mencari, mencari orang yang mendukungku dari kejauhan aku bermain, dengan sorakan itu membuat aku jauh lebih semangat untuk bangkit. Bangkit dari segala masalah, bangkit dari namanya putus cinta, bahkan bangkit dari namanya kegalauan anak muda.

"Hey" ia menyentuh gaun hitam dengan satu tali di bahuku. Bola mataku ikut menoleh ke arah belakang. Gaun itu membuat aku mengenali sosok pria dengan jas dan dasi pitanya itu. Dari aku memasuki jenjang putih abu-abu, baru kali ini ada cowo yang berani mengenali dirinya langsung dihadapan batang hidungku yang mancung kalau dilihat dari sisi samping.

Yaps, lagi-lagi kelemotanku timbul di hari seperti ini. Tanpa sengaja, aku menginjak gaun yang diberikan oleh mama nya Dika, tepat setahun yang lalu sebelum kami mengakhiri hubungan itu. Dengan high heels mama yang ku ambil dirak tanpa sepengetahuannya yang sibuk berada diuar kota, tanpa komunikasi dihari yang sangat istimewa bagiku. Reyna.