"Aku menyukaimu, jadilah kekasihku." Setelah aku mengangguk, ia pun pergi meninggalkanku sendiri di atap. Menginggalkan saksi bisu dan aku yang membisu juga karenanya. Aku tak habis pikir, kenapa aku menyetujuinya untuk menjadi kekasih dari seorang Park Jimin, si pria es dari kelas sebelah. Sempat aku berpikir kalau ini hanyalah sebagai taruhan saja. Ya, awalnya kupikir begitu.