Kami sekelas.
Tapi, percayalah, aku tidak pernah berbicara dengannya.
Dengan si pembuat onar di kelas.
Dengan si murid paling urakan di sekolah.
Suatu hari, dia menggedor pagar rumahku.
Wajahnya memar, terdapat darah di ujung bibirnya.
Dia babak belur, si pembuat onar itu.
Hari itu, kubiarkan dia masuk ke rumahku dan kubiarkan dia menceritakan semuanya.
Sebelum kejadian itu, tidak ada yang kuketahui tentang dirinya selain namanya; Revano.
Dia menceritakan semua hal yang belum pernah diceritakan pada siapapun.
Setelah kejadian itu, dimana dia menggedor pagar rumahku dan meringis di hadapanku, aku mengetahui satu hal tentangnya; dia tidak seperti yang kukira selama ini.
"Jadi gue harap lo bisa akting"
Abel mendongak menatap bingung Aidan
"Akting? Untuk apa?"
Aidan berdecak.
"Hamil!" bentak Aidan ketus. Abel terkesiap
Akting hamil? Padahalkan dirinya memang benar-benar hamil! Kegilaan macam apa lagi ini!
"Gue harap lo bertindak layaknya wanita hamil"
Abel mendengus. Memangnya wanita hamil bertindak seperti apa?
"Pokoknya sebelum bayi itu lahir, lo harus bertindak layaknya orang hamil. Jangan lupa setiap bulannya lo harus membesarkan ukuran perut, dan buat se 'real' mungkin biar orang-orang percaya"
Abel tersenyum miris mendengar setiap ucapan yang Aidan lontarkan. Bagaimana mungkin dirinya harus berakting layaknya orang hamil, sementara dirinya sendiri hamil tanpa diminta?
Aidan langsung berbalik pergi, Abel mendengus. Kemudian menundukkan kepala menatap perut datarnya
"Sabar ya sayang, jangan merasa 'aneh' mendengarkan percakapan mama tadi. Seengaknya mama nggak harus nutupi perut mama untuk bulan-bulan selanjutnya kan?" jelas Abel, pada calon bayinya. Setidaknya dengan adanya 'titah' Aidan ini. Mau sebesar apapun perut Abel nanti, ia tak perlu risau, karena pasti Aidan akan menganggap 'perut buncit' Abel itu bohongan.
(CERITA SUDAH TERSEDIA LENGKAP DI KARYAKARSA!)
Start: 27/6/1