Friska Alluna Valeandro ya, itu namaku. Tak perlu kau panggil semua, panggil Friska saja. Disinilah aku, hidup di tengah-tengah kepingan guci yang mahal. Tentu aku tidak bisa hanya berdiam diri dan membiarkan diriku terjebak di kepingan guci yang setiap kepingnya berisi memori penting yang kutahu. Mencoba hidup benar seperti gadis lain di luar sana. Belajar mencintai dan dicintai. Akupun selalu bersyukur kepada Tuhan karena diberikan tutor mencintai yang baik untukku. Kata baik dalam kalimatku tidak bisa kalian artikan seperti biasa karena dinginnya adalah baiknya bagiku. Dibalik sikap baik (dingin)nya aku masih dapat merasakan firasat buruk yang akan menimpaku. Berkali-kali seorang lelaki psycho mencoba memberitahuku untuk lari darinya. Tapi aku selalu mengabaikannya, bahkan sekarang aku sudah melupakannya. Karena aku percaya apa yang Tuhan berikan kepadaku adalah yang terbaik.