(SUDAH TERBIT, BISA DI BELI DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA)
Tinder, satu dari sekian banyak dating aplikasi yang mempertemukan banyak orang.
Dan, Arawinda Kani (Awi), seorang Public Relation Officer yang bisa dibilang sophisticated, punya beberapa teori untuk pengguna Tinder. Dia menyebutnya Tinderology:
1. Tinder untuk orang-orang tidak sibuk.
2. Kalo dia ganteng atau cantik, ngapain main tinder?
3. Tinder adalah jalan pintas, untuk ke-desperate-an kaum single.
4. Cara mudah nyari jodoh, tinggal swap kanan atau kiri.
Lalu, setelah swap kanan dan kiri, tulisan "It's a match!" muncul, dan mengenalkan Awi pada Rajiman Aksa (Aji), si tukang semen super kaku.
Hidup Awi jadi nggak seperti biasa lagi, dia jadi punya sedikit waktu untuk chat dengan Aji. Selain disibukkan dengan meeting, traveling, dan menjaga hubungan baik dengan relasi bisnis perusahaannya. Belum lagi, bosnya yang berdarah Inggris super cerewet dan selalu mengajaknya untuk menghadiri meeting secara dadakan.
Kalau jodoh Awi itu kemungkinan Aji, yang jaraknya sekitar 2 km. Jadi, berapa kilometer jodohmu?
VERSI CETAK GANTI JUDUL MENJADI: STORM CLOUD MARRIAGE
(Untuk keperluan penerbitan, chapter 13-END sudah di-unpublish)
Blurb:
Sebelum menikah, Atha tahu kalau Gino mengalami masalah kesuburan. Saat itu, Atha tidak keberatan. Dia yakin dengan kecanggihan teknologi di bidang kesehatan saat ini, dia dan Gino pasti akan mendapatkan cara agar memiliki anak.
Memasuki tahun kelima pernikahan, keyakinan Atha mulai goyah. Ditambah dengan kesibukan Gino, membuat kualitas hubungan mereka menurun. Perlahan namun pasti, hubungan mereka seolah berjarak. Jarak yang bisa semakin membentang luas jika tidak segera diatasi.
Ketika belum memiliki anak tidak lagi menjadi masalah terbesar, rumah tangga mereka dihadapkan pada badai sebenarnya. Badai besar yang membuat keduanya memikirkan ulang makna pernikahan. Mengingatkan mereka pada janji suci yang terucap di awal.
"I choose you to be my partner in life, and I promise to love you unconditionally. Till death do us part."