"dek, kalau abang... gak lagi sakit gini... boleh gak, gue... merebahkan kepala ... dalam pangkuan lo.. kaya sekarang.?" sahut Radhi sambil tersenyum. Arinka tidak mau menjawab. Kepalanya menggeleng-geleng kuat. Ia merasa jika ia menjawab kalimat Radhi tadi, laki-laki itu tidak akan pernah bertanya nakal lagi padanya. Tidak akan menggombal receh lagi padanya. Tidak akan tersenyum sumringah lagi ketika melihat Arinka melintasi lobby di jam makan siang. "please, bertahan, mas Radhian..." bisik Arinka lirih, disertai genggaman tangan Radhi yang mengendur lalu terlepas. Satrya lalu mengangkat bahu Arinka. Tim tenaga kesehatan datang dengan membawa bangkar. Mereka langsung melakukan tindakan pertama pada Radhian dengan cekatan. Dan Arinka meraung-raung di pelukan Kinan. Ia terisak begitu sedih. Beberapa orang menonton kejadian itu. Beberapa mengabadikan dengan foto. "gue menyesal, Ki. Kenapa gue gak dari dulu sama mas Radhi." Tangis Arinka.