Whose The Love Is?
  • Reads 34,184
  • Votes 3,101
  • Parts 10
  • Reads 34,184
  • Votes 3,101
  • Parts 10
Complete, First published Jun 13, 2016
Akabane Karma telah mengingat kembali masa lalunya ketika ia masih bersama Ibunya di Tokyo. Namun, masih ada sesuatu yang ganjal di balik masa lalunya. Mampukah ia menemukan sesuatu di balik masa lalunya itu?

This is Akabane Karma fanfiction
Many pairs here! 
All Characters are included!
BOY X BOY

Ansatsu Kyoushitsu ©Matsui Yuusei
This Fanfiction ©Aka

DON'T LIKE DON'T READ

Happy Reading minna-san ^^
All Rights Reserved
Sign up to add Whose The Love Is? to your library and receive updates
or
#16chaptered
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Dosa Ku cover
Stars Behind the Darkness (End) cover
Kesayangan Bunda cover
Cross The Time || TodoBaku ✣ cover
Game of Destiny : Love, Friendship and Obsession cover
Let me be with you | DaChu cover
Straight x ShoAi cover
seogim - prompt au cover
Secret HUSBAND (✔️)  cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.