Aku sudah tidak dapat berseteru lagi dengan hatiku. Beberapa di antaranya tak lagi dapat kutata dengan baik. Terlepas setelah kamu menghancurkannya, aku membiarkan hatiku begitu saja. Rapuh, hancur, luruh, menjadi puing-puing lusuh, nyaris tak berupa lagi hatiku. Aku tak peduli dengan siapa saja yang mencoba menatanya. Tak ada yang dapat menata hatiku sebaik kamu menghancurkannya menjadi puing-puing. Maka apabila tak ada yang mampu, aku selalu menunggumu menata puing hatiku menjadi sebuah hati yang baru. Tak usah repot-repot dan tak boleh tergesa-gesa. Aku selalu menyimpan semuanya. Semua kenangan itu dengan baik. Tersimpan rapi di balik hatiku yang dulu. Kumohon, kembalilah! Aku ingin kamu menata puing hati. Milikku.