Hari demi hari berlalu, tetapi aku tetap saja jadi bahan bully anak sekelas maupun kakak kelas. Lama kelamaan aku menjadi tidak tahan dengan semua ini. Aku ingin membalas semuanya dengan sangat, saangaat adil. Aku ingin....ingin.....ingin..... membunuh, menganiaya, menyiksa, membalas semua dendamku kepada mereka semua. Didalam pikiranku sekarang hanya ada balas dendam semata. Aku yang dulu pendiam, pemalu, kurang bersosialisasi, sekarang tlah berubah menjadi orang yg suka marah, sering marahin orang, dan aku juga suka membunuh orang dengan sadis. Kini aku merasa agak tenang, karena orang yg membulli aku lama kelamaan lenyap...lenyap..., karena mereka semua telah kubunuh dan rasa dengki dendam kepada orang yg telah kubunuh hilang.....hilaang....hilang seperti diterpa angin. Aku merasa puas dengan perbuatanku ini, tetapi aku ketagihan membunuh orang meskipun bukan orang yg membulli aku. Mungkin aku sekarang bisa dikatakan sebagai psychopath.
Banyaknya darah adalah bukti bahwa pertarungan pernah terjadi di sini. Tujuannya datang ke Indonesia adalah untuk memastikan hal itu. Nama orang ini adalah Asano Takatou, Seorang peneliti yang berasal dari Jepang.
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, saat Asano masih kelas satu SMA, ada sebuah kejadian berdarah di sebuah stadiun sepak bola di Indonesia yang mengharuskan stadiun tersebut ditutup paksa oleh pihak yang berwenang.
Kejadian itu sempat menjadi ramai diperbincangkan di dunia sepak bola, bahkan mendapat dukungan moral dari berbagai klub internasional. Namun, yang namanya berdarah tentunya tidak indah. Banyak orang yang melewati stadiun ini dan merasakan berbagai macam kejanggalan.
Asano yang saat ini berumur 25 tahun dan sudah menjadi peneliti ternama di Jepang, tertarik untuk meneliti hal ini dan keinginannya itu disetujui oleh pemerintah Jepang. Asano pun segera terbang ke Indonesia untuk memastikan apakah stadiun tersebut banyak mengalami hal aneh seperti yang dirumorkan?