Story cover for Suara untuk Salman [Comeback] by kaoriwrites
Suara untuk Salman [Comeback]
  • WpView
    Reads 4,922
  • WpVote
    Votes 511
  • WpPart
    Parts 24
  • WpView
    Reads 4,922
  • WpVote
    Votes 511
  • WpPart
    Parts 24
Ongoing, First published Jun 22, 2016
Warning! Grammar error

Dua anak muda yang sama sama berniat liburan di Bandung, menghabiskan waktu mereka dalam 1 bulan. Malah harus terbuang ketika ternyata mereka salah mengambil tas. Tak saling kenal atau bahkan tidak pernah bertemu. 
Meskipun begitu, mereka tak pernah berhenti mengabari satu 

Rania Alysa Faradiba 
"Gue kira cuma tas gue yang ketuker, kenapa jadi hati gue ikut ketuker?"

Salman Danial Wijaya
"Persetan dengan salah ambil tas. Isinya lagi aib semua. Ini anugrah buat gue pindah atau tragedi memalukan karna isi tas?"

Jatuh cinta, kita baru tau, terkadang rasanya mudah tetapi sedetik kemudian sadar bahwa cinta penuh risiko. Seperti tertukar tas pada saat liburan.
All Rights Reserved
Sign up to add Suara untuk Salman [Comeback] to your library and receive updates
or
#68cintasekolah
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Never Be The Same cover
FEELING HAS CHANGED [ COMPLETED ] cover
Love Or Hate(End) cover
AKU HANYA UNTUK NAURA cover
MARSHA (END) cover
SAVIRA ( Tamat ) cover
[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun cover
KESAYANGAN RAKHA  cover
DIARY CINTA Calista cover

Never Be The Same

32 parts Complete

Aku dan kau, kita adalah dua bintang di galaksi yang sama, namun berada pada orbit yang tak pernah berpotongan. Kita bersinar di langit yang sama, berbagi malam yang sama, tetapi tak pernah bisa saling menyentuh. Alasya dan Rey, dua jiwa yang tersesat di antara perasaan dan takdir yang tak bisa mereka kendalikan. Setiap detik di antara mereka adalah ketidakpastian, seakan senja selalu berhenti pada titik di mana mereka bisa bertemu, tetapi tak bisa bersatu. Bagi Alasya, cinta adalah perasaan yang hadir tanpa diminta, namun selalu berakhir dengan pengorbanan. Sedangkan bagi Rey, cinta adalah mimpi yang ingin ia genggam, tetapi selalu lepas seperti pasir di sela jemari. Suatu hari, Rey berbisik, "Aku mencintaimu." Tapi apakah kata itu cukup? Apakah satu kata mampu menghapus segala jarak di antara mereka? Mampukah kata itu mengubah takdir mereka? Alasya dan Rey harus memilih: bertahan dalam keheningan yang aman atau melawan takdir, meski tak ada jaminan akan bahagia. Akankah mereka berani mengubah garis hidup yang telah dituliskan, atau justru membiarkan perasaan mereka menjadi kenangan senja yang tak sempurna?