Prolog Zidny masih menatap Iqbaal yg sedang sholat Dzuhur. Entah kenapa hatinya begitu adem melihatnya. Ingin rasanya ia berdiri dibelakang Iqbaal untuk mengikuti semua gerakan sholat Iqbaal tapi rasanya gak mungkin. Ia saja hanya melihat Iqbaal dari luar mesjid bagaimana ia harus berdiri dibelakang Iqbaal? Zidny mengalihkan pemandangannya dan menggenggam kalung yg selalu ia pakai. Kalung yg bertanda salip itu pun tak pernah luput dari lehernya. Mengapa Tuhan menciptakan Cinta jika itu tidak jatuh pada orang yg tepat? Apakah selamanya cinta beda keyakinan dilarang? Mengapa Tuhan selalu mengatakan bahwa semua manusia sama sedangkan kita tak bisa bersama karna sebuah PERBEDAAN? Aku mencintainya.. Seperti aku mencintai Tuhan ku. Seperti aku mencintai agama ku. Dan jauh seperti mencintai diriku sendiri. Apakah diantara kami harus ada yg mengalah? Mengalah untuk mengakhiri perasaan ini... Atau mengalah dengan keegoisan ini? Entahlaahh...