Perasaan sudah hilang, tapi perkepoan tidak.
Aku bahkan ingin terus tau tentang nya, terus menerus, entah apa penyebabnya.
seperti tidak ingin dia kemana-mana.
Aku memang bukan yg pertama untuk nya, bahkan sebaliknya, dia juga bukan yang pertama untuk ku.
Tapi kisah ku dengan nya sungguh amat sangat membuatku semakin mengingat-ingat kesakitan ku pada nya.
Sulit ku bedakan, ini cinta atau cinta-cintaan?
mengiyakan detik demi detik kisah, seolah-olah setuju dengan permainan nya.
hingga lambat laun aku telah sadar, bahwa mencinta bukan tentang paksaan, dia tidak mencintai ku, dia hanya sayang..
Iya, sayang untuk dilewatkan wanita seperti ku tidak dipacari, karena aku punya sesuatu yang tidak perempuan lain punya.
Yaitu, menunggu seseorang sampai puncak kesuksesan nya:')
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan