Hera hamil.
Harusnya dia bahagia.
Tapi dia justru panik.
Bukan, bukan karena dia MBA.
Dia sudah 2 tahun menikah dengan Dika.
Masalahnya, dia tidak suka anak kecil.
Bukan benci, hanya tidak suka.
Jika kawan-kawannya berseru girang setiap melihat anak kecil atau bayi, maka yang di otak Hera hanya satu kata: merepotkan.
Dan masih demikian pemikirannya sampai sekarang.
Sampai dua garis itu muncul.
Dia belum siap.
Tidak siap untuk menghadapi urutan merepotkan, dan kabarnya mengerikan, untuk hamil.
Tapi, Dika sudah pasti senang mendengar kabar ini.
Apa yang harus dia lakukan?
Dengan testpack di tangan, Hera berusaha membuka kotak ingatannya.
Kenapa dia tidak suka anak kecil?
Apa mungkin... karena ibu tirinya?
***
Kisah seorang ibu yang belum siap menjadi ibu.
***
Suatu ketika, Hera menceritakannya kepadaku.
Sebentar lagi, akan kusajikan kepada para pembaca sekalian.
(^-^)