Dua Menit Satu Detik Jilid 1
  • Reads 134
  • Votes 1
  • Parts 1
  • Reads 134
  • Votes 1
  • Parts 1
Ongoing, First published Aug 09, 2016
Judul: Dua Menit Satu Detik Jilid 1
Penulis: 70 Penulis
Kategori: Antologi Puisi
ISBN: 978-602-335-073-5
Terbit: September 2015
Tebal: 261 hal; 14 x 20 cm


Penulis 
A.N. Setiawan/Arif Nur Setiawan (Karanganyar), Ady Pratama (Bandarlampung), Ahmad Rois Affandi (Kuningan), Ainun Nisa (Bangkalan), Aksa Danasmara (Semarang), Andi Jamaluddin, AR.AK (Kalimantan Selatan), Andi Rohandi (Tasikmalaya), Anisa Anwar (Sukabumi), Annisa Puspa Kirana (Malang), Arhima Shofia Fariha (Nganjuk), Arief Rahman Hakim (Surabaya), Asmalinda SY (Padang), Aurista Dwi Andriana (Tangerang), Awaluddin Ishak (Padangpanjang), Ayu Qonita (Yogyakarta), Basri (Bandarlampung), Bayu Baskoro Febianto (Bekasi), Beatrix Intan Cendana (Jakarta), Belinda Sudirman (Sukabumi), Bety Delia (Kediri), Carolus Titis Herlambang Sigit Prasetyojati (Grobongan), Deni I. Dahlan (Banyuwangi), Desi Aprilliani (Kudus), Devena (Fedora Devena Diogitta Koerniawan) (Bandung), Dicky Madikatama (Batubara), Dhimas Adam Bagus Riesda (Kediri), Dhini Maharani Anwar (Palembang), Dila Yusnia (Padang), Dito Anurogo (Semarang), Diva Avissa Irawan (Bantul), Dwi Hartanti (Bogor), Edi Purwanto (Bandarlampung), Een Endah(Een Endahyuanah) (Bogor), Evi Dwi Novita Sari (Bangkalan), Fachrul Rozie Yudha Gunawan (Bekasi), Fahmi Irza Arifiansyah (Jakarta), Fery Andika (Palembang), Fitri Wahyuning (Jambi), Fitri Zulhandayani (Medan), Friska Falija Sihombing (Dairi), Hamiruddin Hutabarat (Amir) (Padang), Hanik Mudrikah (Kudus), Hasna Rafida Sari (Pacitan), Haza Al-Ula (Kudus), Hazimah (Padang), Heru Yonata (Lampung), Hisdamayanti Djupanda (Sulawesi Tengah), Ibnu Heriyadi (Indramayu), Intan Zahara (Aceh Besar), Istianah (Indramayu), Jauza Munirah (Lhokseumawe), Jeffry Wiranata (Jakarta Pusat), Jesita Moidady (Sulawesi Tengah), Lafilatul Anisa (Sidoarjo), Lenni Ika Wahyudiasti (Surabaya), Marfuatun Sholikhah (Sleman), Maulida A (Ajiza Maulida) (Malang), Mawardah (Deli Serdang)
All Rights Reserved
Sign up to add Dua Menit Satu Detik Jilid 1 to your library and receive updates
or
#19fam
Content Guidelines
You may also like
Aksara Tak Bertuan  by cahayakamila24
17 parts Ongoing
Di sini, tak semua kata harus rapi, tak semua rasa harus dijelaskan. Aksara Tak Bertuan adalah kumpulan puisi yang menggambarkan segala yang terbuang, tersembunyi, dan terlupakan, dari luka yang memar, cinta yang tak pernah cukup, hingga amarah yang membakar jiwa. Di antara harapan yang terkikis, ada kejujuran yang sulit diungkapkan, korupsi yang merusak keadilan, dan sindiran tentang dunia politik yang kadang lebih mirip drama sinetron daripada kenyataan. 🎭 Dari ketidakpastian hingga kebenaran yang terlupakan, Aksara Tak Bertuan menyajikan sebuah kekacauan yang justru memberi kebebasan. Di sini, tidak ada yang terlalu lurus, tak ada yang terlalu indah, hanya kata yang menari liar, bebas dari aturan dan batas. Catatan penting: Jangan dijiplak, ya. Nanti aksaranya ngamuk, lompat dari kertas, terus nendang-nendang inspirasimu! 😜✨ Berkaryalah dengan hati, biar karyamu punya nyawa sendiri, bukan cuma bayangan dari karya orang lain. Kalau gagal? Nggak apa-apa, yang penting nggak nyontek! 💪 Disclaimer: Puisi ini random banget, tergantung isi hati, pemikiran, dan mood penulis. Jadi, kalau tiba-tiba ada puisi galau di tengah-tengah puisi yang lucu, jangan kaget! Penulisnya kadang nulis sambil merenung, kadang sambil ngemil mie instan. Hasilnya? Ya begini, aksara rasa bumbu spesial, dan ya... Kadang ada keresahan penulis soal dunia. Kadang ada tentang cinta, kadang ada tentang harga cabai naik, kadang juga ada tentang pemilu yang bikin pusing. 🤷‍♀️ Penulisnya bebas banget Kalau lagi galau, puisinya nangis. Kalau lagi lapar, puisinya ngomongin keadilan sosial buat semua perut! 🍜✊ Warning: Puisi ini isinya sangat berat, jadi yang baca jangan baperan, ya. Kalau tiba-tiba galau atau tersinggung, itu artinya puisinya kena di hati kamu. Jangan salahin penulisnya, salahin perasaanmu sendiri! 😜❤️ Apalagi kalau udah berbau agama atau politik, hati-hati kalau tiba-tiba merasa disindir. Ingat, ini puisi, bukan kode keras buat hidup kamu! 😉✨
You may also like
Slide 1 of 10
Aksara Tak Bertuan  cover
Kumpulan Puisi Berantai yang bikin Ngakak cover
Arrogant vs Crazy  cover
The Queen Sheyna (END) cover
Rengkuh Rasa, Remuk Raga cover
Puisi cover
အချစ်၏ဟန်ပန်-𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒕𝒚𝒍𝒆 𝑶𝒇 𝑳𝒐𝒗𝒆(Complete) cover
Rembulan Yang Sirna cover
My SIN (GXG iam Lesbian)  cover
30 AKSARA MAHABBAH [ON GOING] cover

Aksara Tak Bertuan

17 parts Ongoing

Di sini, tak semua kata harus rapi, tak semua rasa harus dijelaskan. Aksara Tak Bertuan adalah kumpulan puisi yang menggambarkan segala yang terbuang, tersembunyi, dan terlupakan, dari luka yang memar, cinta yang tak pernah cukup, hingga amarah yang membakar jiwa. Di antara harapan yang terkikis, ada kejujuran yang sulit diungkapkan, korupsi yang merusak keadilan, dan sindiran tentang dunia politik yang kadang lebih mirip drama sinetron daripada kenyataan. 🎭 Dari ketidakpastian hingga kebenaran yang terlupakan, Aksara Tak Bertuan menyajikan sebuah kekacauan yang justru memberi kebebasan. Di sini, tidak ada yang terlalu lurus, tak ada yang terlalu indah, hanya kata yang menari liar, bebas dari aturan dan batas. Catatan penting: Jangan dijiplak, ya. Nanti aksaranya ngamuk, lompat dari kertas, terus nendang-nendang inspirasimu! 😜✨ Berkaryalah dengan hati, biar karyamu punya nyawa sendiri, bukan cuma bayangan dari karya orang lain. Kalau gagal? Nggak apa-apa, yang penting nggak nyontek! 💪 Disclaimer: Puisi ini random banget, tergantung isi hati, pemikiran, dan mood penulis. Jadi, kalau tiba-tiba ada puisi galau di tengah-tengah puisi yang lucu, jangan kaget! Penulisnya kadang nulis sambil merenung, kadang sambil ngemil mie instan. Hasilnya? Ya begini, aksara rasa bumbu spesial, dan ya... Kadang ada keresahan penulis soal dunia. Kadang ada tentang cinta, kadang ada tentang harga cabai naik, kadang juga ada tentang pemilu yang bikin pusing. 🤷‍♀️ Penulisnya bebas banget Kalau lagi galau, puisinya nangis. Kalau lagi lapar, puisinya ngomongin keadilan sosial buat semua perut! 🍜✊ Warning: Puisi ini isinya sangat berat, jadi yang baca jangan baperan, ya. Kalau tiba-tiba galau atau tersinggung, itu artinya puisinya kena di hati kamu. Jangan salahin penulisnya, salahin perasaanmu sendiri! 😜❤️ Apalagi kalau udah berbau agama atau politik, hati-hati kalau tiba-tiba merasa disindir. Ingat, ini puisi, bukan kode keras buat hidup kamu! 😉✨