Mizuki Kaneshiro menatap dengan muram papan nama kota itu ketika turun dari bis. SILENT HILL Populasi: 200 jiwa. Ia menyeret tas beroda yang ia turunkan dari atas bus, sementara bus yang tadi ia tumpangi segera melaju pergi. Ia menoleh ke kaca-kaca yang menyembunyikan wajah para penumpang di baliknya. Terlihat macam-macam ekspresi mereka ketika melihat papan nama itu: jijik, takut, ngeri; semuanya adalah tatapan negatif. Menganggap kota ini sebagai kota yang menyandang nama horor sebenarnya adalah salah kaprah. Dari huruf kanjinya, kata "silent" sebenarnya lebih tepat diartikan "damai". Para penghuni pertamanya memilih lokasi ini untuk membangun kota baru karena kesunyiannya. Tak ada binatang liar yang tinggal di sini, sehingga dianggap aman bagi penduduk. Namun segera, setelah kota ini berdiri, para penduduk-pun mengetahui mengapa tempat ini begitu sunyi, jauh dari keriapan makhluk melata ataupun kicauan nyanyian burung-burung dari hutan di sekitarnya. Karena gas beracun dalam tanahnya. (Cerita ini saya ambil dari blog "mengakubackpacker.blogspot.co.id" dan sudah dapat izin dari penulisnya "DavidCahyo")
9 parts