"Sepertinya bukan aku yang akan segera menikah, tapi kau," sahut Nino sambil menunjuk Rei. Rei malah tertawa menanggapi ucapan Nino. "Apa kau bercanda? Yang benar saja," sahut Rei geli tapi juga sebal. Kenapa dengan pria ini? Dia aneh sekali. Kenapa tiba-tiba dia menebak aku akan segera menikah? Apakah tadi di kafe dia salah makan? "Rei lihat wajahku! Apakah dengan raut wajah seperti ini aku terlihat sedang bercanda?" Sekarang Nino menunjuk wajahnya sendiri. Rei menelan saliva merasa sedikit ketakutan. Benar. Selama delapan tahun Rei kenal Nino memang seperti itulah wajah serius pria flamboyan itu. Tatapan matanya lurus tajam menatap si lawan bicara dan dahinya berkerut hingga alis tebalnya hampir menyatu satu sama lain, seperti itulah tampang serius Nino. "M_maksudmu apa Nino?" tanya Rei cemas. "Kau ingat Sandara gadis di Bali yang tidur denganmu?" "Sandara?" "Astaga, kau tidak mungkin lupa dengan gadis itu, bukan?" "Bukan begitu, tentu saja aku ingat, tapi aku baru tahu kalau gadis itu bernama Sandara." "Ya, Sandara atau Dara. Tidak penting nama gadis itu siapa. Yang lebih penting sekarang kau harus tahu kalau Dara hamil."
12 parts