Di saat-saat gue melamun, tiba-tiba gue tersadar. Kok semua senior-senior gue jadi merhatiin gue gitu, sih? Pake katawa segala? Kenapa? Ada yang lucu?
Tiba-tiba si Jono teriak kayak semut diinjek gajah.
"Berius! Burung lu terbang!"
Hah? Burung gue terbang?
"Gue nggak bawa burung, Ton," jawab gue dengan dongoknya sambil menoleh ke arah Jono di dalam kelas.
"Itu burung lu!" Jono menunjuk 'burung' gue.
--
Gue yang pengin bebas dari kejomloan, malah terus-terusan dihadapi dengan rintangan. Salah satunya, menjadi tahanan adik gue di hari Minggu, yang bikin gue enggak bisa ke mana-mana. Ditambah lagi, temen gue, si Dimas, kalo lagi jatuh cinta nyusahin banget. Beberapa cewek yang singgah, datang dan pergi begitu cepat, bikin hati gue nyesek. Gue enggak tahu, apa jomlo sebuah kesialan? Atau, emang hidup gue aja yang sial?
"Boro-boro ngurus anak, kita ngurus diri sendiri aja kagak becus!"
Hakim, Jaka, dan Nakula dengan sangat terpaksa menyemat sebuah panggilan baru. Yakni; Babeh, Baba, dan Abi. Mereka diberi tanggung jawab besar untuk merawat seorang bayi tiga bulan yang merupakan anak dari korban kebakaran yang mereka selamatkan.
Meskipun tahu bahwa mental dan pengalaman mereka tidak memadai dalam merawat seorang bayi, ketiga pemuda itu tetap berikeras ingin membesarkannya dengan tangan mereka sendiri. Sebab bayi itu, mengingatkan mereka kepada seseorang.
Seseorang yang tidak bisa lagi ditemui eksistensinya di muka bumi.
‼️BUKAN BL‼️