Angin malam mulai berhembus kencang, menerbangkan helaian rambut seorang gadis yang sedang termenung diberanda depan rumahnya. wajahnya menengadah keatas, mencoba menghitung bintang berapa yang bersinar terang malam ini. berharap bahwa sinarnya mampu menerangi hatinya yang redup. tidak hanya itu, menengadahkan wajahnya keatas merupakan salah satu upayanya agar air mata yang menggenang tak lagi terjatuh membasahi pipi dan membuat aliran baru. lelah, ya Dia lelah dengan semua ini. Lelah dengan semua kejadian yang baru saja terjadi beberapa hari ini. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya bahwa, cinta yang sudah terjalin selama dua tahun ini harus kandas. Tidakkah laki-laki itu mengetahui seberapa besar cinta yang dimilikinya? Tidakkah laki-laki itu tau sudah berapa banyak tawa dan airmata yang mereka lalui bersama? tak cukupkah semua itu sebagai pertimbangan agar ia tak melepaskan dan memutuskan dirinya. Tak tertahan, ketika kelopak mata itu berkedip airmata kembali luruh, sesak kembali merayap, bagai tusukan ribuan jarum yang menghunus jantungnya. sebelah tangannya bergerak menuju dada dan menepuknya keras, berusaha semoga saja tepukan itu bisa mengurangi sesak yang melanda. Satu bulan, ya ini sudah sebulan sejak laki-laki itu memutuskan dirinya karena ada cinta baru yang datang. Satu bulan waktu yang diberikan hatinya, karena setelah ia bangun esok hari, ia bertekad airmata itu sudah tak ada lagi. Sesak itu sudah pergi. Waktunya menata hati, mencoba membuka diri. Aku berharga, maka aku akan melangkah.
1 part