Cerita ini merupakan bagian dari seri Pendekar Sejati, dalam cerita ini mengisahkan bagaimana pengalaman Ong Siau-sik (pedang tanpa perasaan), Pek Jau-hui dan Un-ji berkelana dalam dunia persilatan.
Ong Siau Sik, seorang yang sensitif dan penuh perasaan. Gemar berteman tanpa pernah membedakan mana kaya mana miskin.Ahli waris dari Thian Gi Kisu (pedang keji), bermodal sebilah pedang bergagang bengkok setengah lingkaran bulan, pedang sakti wan liu kiam. Pek Jau Hui, berwatak angkuh lagi jumawa, jikalau turun tangan selalu telengas dan tidak membiarkan musuhnya tetap hidup. Asal usul perguruan tidak jelas, senjata tak menentu. Ilmu silat andalannya menggunakan jari.
Ong Siau Sik dan Pek Jau Hui, 2 orang dengan watak yang sangat bertolak belakang dipertemukan oleh takdir dengan So Bong Seng, bertiga terikat oleh simpul yang dinamakan "saudara", terseret arus perebutan kekuasaan di kotaraja antara perkumpulan Kim hong si yu lau dengan perkumpulan Lak hun poan tong.
"Ketika seseorang yang ingin aku lenyapkan membuat hatiku luluh."
Seratus tahun terakhir, dan dia kembali. Ini adalah kesempatan terakhir untuk Marona. Menghisap energi satu pemilik warna yang tersisa. Red. Namun, hatinya bergejolak. Ketika mendapati sesuatu yang aneh dalam dirinya. Yang mengurungkan niatnya untuk melenyapkan Red.
Sementara, Bibi Marin terus saja mengasut Marona.
Apa yang harus dilakukan Marona? Memenuhi kemauan Bibi Marin, wanita setengah abad yang telah menjaga dan merawatnya sejak kecil. Atau tetap menjaga Red, si pemilik warna terakhir. Yang berhasil memikat hatinya?