Jakarta, Ringroad, Sabtu, pukul 07:30. Andrian melajukan motornya dengan kencang, aku ketakutan karena hampir terjengkang, kupukul-pukul pundaknya. Tiba-tiba aku teringat kejadian lima tahun lalu bersama Mario. Siang itu dia mengantarku pulang karena aku kehabisan ongkos. Tetapi karena ngebut, Mario tidak sempat menghindari genangan lumpur yang akhirnya membuat kami berdua tersungkur dan kotor. Sebelumnya Mario membiarkan angkutan umumku pergi tanpa aku di dalamnya. Lalu Mario mengajakku untuk pulang dengannya saja. "Tunggu bentar ya, Nan!" kemudian Mario berlari ke sekolah. "Eh, mau ke mana?!" jeritku. Mario terus berlari. Lucu sekali larinya, tidak seperti cowok yang berlari dengan gagah, Mario lebih mirip gadis yang sedang ikut lomba berjalan cepat. Hahaha. Aku terus memperhatikan ke arahnya, dia terlihat sedang bernegosiasi dengan Pak Suad, aku tidak dengar apa yang mereka bicarakan, kulihat Pak Suad hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian Mario masuk ke dalam sekolah, selang beberapa saat dia keluar dengan menaiki sepeda mini yang biasa dipakai untuk belanja sayuran di pasar.