Awalnya Lintang kira ia menemukan kepingan jiwa yang lebih berharga dari sekedar seorang pacar. Regina dan Vivian. Dua sahabat yang mengisi hari Lintang dengan suntikan energi tak terbatas. Namun ia sadar ada pekat hitam menyumpal hatinya. Gumpal kedengkian saat melihat orang lain lebih unggul darinya. Meski itu sahabatnya sendiri. Lintang mengira ia sudah gila lantaran menulis permintaan di sebuah nota misterius yang -katanya- bisa mengabulkan permintaan apapun. Rasa tertariknya dengan Vino, si rambut ikal yang doyan tersenyum itu cukup menggelapkan hatinya. Ia tahu konsekuensinya berat. Namun rasa was-was dan ingin unggul dari sahabatnya sendiri membuat gadis itu tak kuasa menorehkan permintaan. Dan hidupnya pun tak sama lagi.