Sebuah kisah fiktif yang di dalam cerita tersebut ada sebuah adegan dimana di ambil dari sebuah kehidupan yang nyata.
Dia, yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta. Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kekhilafan untuk sampai jatuh hati kepadamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kalian berjumpa.
Dan beceklah pipi-Nya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang dia hanguskan menjadi bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila beterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah. Dalam raga ada hati, dan dalam hati ada ruang tak bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata-kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani. Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik.
Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya, duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.
Aku tidak tau harus berbuat apa, Aku hanyalah seorang yang masih beruntung karena masih memiliki seorang Sahabat yang selalu ada di hidupku. Hari ini aku tidak tau harus berbuat apalagi, orang yang kucintai sudah pergi meninggalkanku.
Dan kini masihkah ada harapan untuku kembali merasakan semuanya? Bolehkah aku berharap semuanya kembali seperti dulu lagi?
Lets go to read my story
"Ahhhh pelan pelan sayang "
"Mommy kenapa apa ini menyakiti mommy "
"Engga sayang teruskan saja"
"pelan pelan sayang jangan kuat kuat "
"Ahhhhh sayang ia ituhh"
"Ahh mommy ternyata benar ngentot itu sangat enak mom"