Aku manusia realistis yang berharap semua berjalan dengan praktis dan efisien tanpa embel-embel membuang waktu. Aku penganut motto "time is money" dan percaya penuh bahwa waktu diciptakan untuk bekerja. Begitu, sampai akhirnya aku bertemu seseorang. "Seseorang" ini bukanlah orang yang kukenal. Hanya seorang gadis yang selalu kudapati tengah duduk di bangku paling ujung halte Harmoni. Selalu sendiri. Selalu menggenggam jam saku perak berantai. Selalu memasang satu earphone di sebelah telinga. Selalu tercenung sambil sesekali membuka jam sakunya, barangkali menilik waktu, lalu memanjangkan leher demi melihat ke luar halte, arah busway datang. Menunggu busway-kah? Tidak. Aku tahu persis itu. -Lucas-