Salah satu buku kesukaan saya adalah novel Harry Potter.
Semua seri dari pertama sampai akhir
sangat memuaskan. Novel ini menceritakan kehidupan di sekolah sihir
dengan baik.
Karakter karakter dalam novelnyapun
digambarkan dengan detail
sehingga saya bisa mengimajinasikan
bagaimana sosoknya, gaya bicaranya, sifatnya, dan lain-lain
Saya juga bisa membayangkan
suasananya, sekolahnya, bahkan perasaan Harry ketika momen-momen penting terjadi, yang mana salah satunya ketika orang terdekatnya meninggal.
Buku cerita lainnya yang sangat saya suka Adalah Bumi Manusia karya
sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer yang menceritakan kehidupan anak pribumi pada masa Kolonialisme Belanda.
Di buku ini dideskripsikan dengan baik
bagaimana kehidupan yang dialami tokoh Minke, anak pribumi yang bersekolah di HBS, sekolah bagi
orang-orang keturunan eropa dan
anak-anak
pribumi yang orangtuanya merupakan pejabat
atau bangsawan
.
Dengan membaca buku ini
menyadarkan saya betapa beruntungnya kita yang
bisa sekolah dengan mudah, bahkan dengan
adanya internet kita bisa mempelajari banyak hal.
Kali ini saya akan sedikit bercerita,
tentang cerita sedih yang mungkin saja bisa bikin nangis (kalo mau) para pembaca setia.
Cerita sedih ini tidak sengaja saya menulis dari ketika menonton sebuah cerita serupa di salah satu acara tv lokal,
tapi saya lupa kapan pastinya.
Tema yang diangkat adalah bagaimana cara mendidik anak yang baik,
namun ketika di akhir acara seperti biasa notulen atau yang dikenal dengan nama kang Maman menceritakan cerita yang bikin saya meneteskan air mata.
Terkadang memang para orang tua sering salah untuk mendidik anak karena seperti yang kita tahu bersama
bahwa masa depan anak ditangan
orang tua, namun walaupun begitu keaadaanya, kita pun harus memahami cara mendidik anak yang baik
dan tidak membuat anak malah
menjadi penakut & drop tentunya.