Tanggal 15 bulan 4, tujuh belas tahun yang lalu, telah terjadi suatu peristiwa besar yang menggegerkan seantero dunia persilatan. Pada hari itu, Li Jiang Jun, seorang pencuri terkenal yang selama petualangannya bahkan telah berhasil menggerayangi istana, dikeroyok oleh pasangan pendekar dari organisasi rahasia Tian Jue Die Mie, yaitu suami istri Guo Di Mie dan Gao Tian Jue. Tidak banyak diketahui oleh dunia luar, sebenarnya Li Jiang Jun dalam peristiwa 17 tahun yang lalu tersebut kena dikepung oleh delapan orang tetua dunia persilatan, yang kekuatannya adalah bahkan setara dengan 800 orang. Sudah barang tentu kemungkinan bagi Li Jiang Jun untuk meloloskan diri dari kepungan tersebut adalah sangat kecil, atau boleh dikatakan tidak ada. Akan tetapi, anehnya peristiwa tujuh belas tahun yang lalu tersebut berakhir begitu saja dan tidak jelas kabar beritanya. Bahkan para pelaku yang terlibat sepertinya bungkam jika diungkit-ungkit mengenai hal itu. Di luar mereka, tak seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, hanya saja kemudian setelah peristiwa tersebut di dunia persilatan tidak ada lagi terdapat seorang yang bernama Li Jiang Jun, alias si maling Tertawa Tiga Kali Mengagetkan Arwah, dia bagai lenyap ditelan bumi. Lenyapnya Li Jiang Jun dari dunia persilatan tersebut menjadi bahan pertanyaannya kaum persilatan saat itu baik dari golongan hitam maupun putih, karena mereka semua mafhum bahwa sebagai seorangnya yang berprofesi maling dengan reputasi tak pernah gagal, Li Jiang Jun diduga masih menyimpan dan menyembunyikan harta hasil rampokannya selama bertahun tahun yang sungguh tidak ternilai pada saat itu. Dengan menghilangnya Li Jiang Jun maka rahasia harta tersebut juga ikut menghilang dari dunia persilatan.
Put Si Sin Liong ( Si Naga Sakti Tak Termatikan), Liong Po Si yang merupakan pendekar paling sakti rimba persilatan kala itu, sebelum menghilang secara misterius, menitipkan sebuah peti mati yang sudah belasan tahun berasa di sisinya kepada Lamkiong Peng muridnya yang kelima. Walaupun merasa aneh Lamkiong Peng menerima amanat terakhir gurunya untuk menjaga peti mati itu dengan taruhan nyawanya.
Karena suatu peristiwa tiba-tiba peti mati itu terbuka, ternyata dalam peti tersebut berisi seorang wanita yang sangat cantik bak bidadari yang pada belasan tahun terkenal dengan nama Leng-hiat Huicu (Puteri Berdarah Dingin) yang konon merupakan seorang iblis wanita yang dicari-cari oleh para pendekar untuk dibunuh.
Walaupun Lamkiong Peng sudah mengetahui bahwa dengan melindungi isi dari peti itu yaitu wanita cantik tersebut, ia harus menjadi musuh para pendekar aliran lurus, karena ketaatannya terhadap perintah suhunya membuatnya harus menerima resiko tersebut.
Dalam kehidupan asmaranya ia harus diperhadapkan dengan dua orang gadis yaitu Leng Hiat Hui Cu dan Yap Man Jing murid dari musuh besar gurunya, di samping perjalanannya mencari pulau Cu Sin (Pulau Para Dewa) yang konon merupakan tempat suci dunia persilatan selain Siauw Lim Pay.