Tokohnya adalah Lie Tiong Hoa, seorang pemuda pelajar yang sebetulnya tidak ingin berkecimpung di dunia Kang Ouw karena kelicikan, kekejaman, dan dendam permusuhan dalam Rimba Persilatan tidak cocok dengan jiwanya yang suka hidup tenang tentram; namun
perjalanan hidup membuatnya terlibat satu demi satu pergolakan / perebutan di dunia Kang Ouw. Setiap bergebrak, kehebatan ilmunya membuat pesilat lain tercengang, juga tidak pernah kalah, sehingga dikagumi orang dan namanya menjadi terkenal di seantero jagat.
Dalam suatu bagian kisahnya, Lie Tiong Hoa mengejar seorang lawan (bukan dikejar) sampai ke tepi sebuah jurang. Lawannya itu langsung terjun, sehingga Lie Tiong Hoa terheran-heran. Selagi bengong dan pikirannya melayang-layang, lawannya muncul lagi di belakangnya dan
mendorongnya hingga terjatuh ke jurang. Ia selamat karena bertemu dengan kera besar berbulu tebal. Ia lalu mengikuti kera tersebut memasuki gua berliku-liku dan bertemu dengan seorang sakti - Ay Sian (Dewa Katai) dari See Hek yang sedang bertapa mencari pemecahan ilmunya sampai 20 tahun. Karena ia tanpa sengaja berhasil membantu memecahkan masalah tersebut, maka ia diberi pelajaran Ie Hoa Tjiap Bok (Memindahkan Bunga Menyambung Pohon) - ilmu mengibas untuk membalikkan tenaga dalam, seumpama meminjam tombak lawan untuk menembus tameng lawan itu sendiri, semacam ilmu dengan tenaga setail melemparkan batu sekati, seperti ilmu sakti perguruan Lu Su Nio (serial Thian San) atau seperti juga ilmu sakti keluarga Buyung (Pendekar Tayli).
Lanjutan "Kisah Para Naga di Pusaran Badai".
Dalam Bagian I - Dikisahkan atau mengisahkan masa dan periode belajar dan menempah diri para Naga Muda hingga kemudian memasuki posisi penting kelompok Pendekar Tionggoan. Bagian Pertama ini masih menceritakan bagaimana peran penting tokoh-tokoh sepuh: Kian Ti Hosiang, Kiong Siang Han, Wie Tiong Lan dan Kiang Sin Liong yang menjadi Suhu dari para pendekar atau Naga Muda. Di bagian ini, juga peran penting angkatan Kiang Cun Le, Liong-i-Sin Nie, Siangkoan Tek masih sangat terasa. Masa ini boleh disebut masa belajar dan masa pertumbuhan dari Naga-naga muda.
Dalam Bagian II - Peran para Naga Muda sudah menjadi jauh lebih penting dan signifikan. Mereka, meski kemudian kepemimpinan diambil alih Sian Eng Cu Tayhiap dan Pengemis Tawa Gila, tetapi pada intinya adalah Naga-naga muda yang tampil untuk menyelesaikan banyak pertikaian dengan Thian Liong Pang. Tokoh-tokoh dari Jawadwipa, Tibet, Thian Tok bersilangan dalam konflik yang terjadi di Tionggoan. Dan, yang tak kurang penting - selain peran Naga-naga muda menjadi sentral, juga lembaran kisah asmara mulai terlihat.