Merupakan cerita kedua dari serial Thian-san karangan Liang Ie Shen. Salah satu karya Liang Ie Shen yang terbaik. Yang paling mengesankan dari cersil ini adalah romantismenya. Pendekar dara remaja In Lui, bertemu dan bersahabat dengan pendekar gagah Thio Tan Hong. Pola klasik dara pendekar menyamar pria seperti Ceng-ceng dan Wan Sin-cie ("Kim Coa Kiam"), Oey Yong dan Kwe Ceng ("Sia Tiauw Eng Hiong"), serta puluhan cersil lain. Ternyata muda-mudi ini sama-sama cucu-murid datuk Hian Ki It Su, hingga bila ilmu pedang mereka dipadukan menjadi dahsyat luar biasa. Malangnya, ternyata kakek In Lui adalah musuh bebuyutan ayah Thio Tan Hong, hingga bagaimana mungkin perjodohan mereka bisa terangkap? Ayah Thio Tan Hong dikenal sebagai tokoh pintar yang dicap pengkhianat besar karena menjadi Perdana Menteri negeri Watzu (Mongolia). Beliau menyandera duta Kerajaan Beng yang bukan lain daripada kakek In Lui. Duta malang ini diperbudak sebagai pekatik, pencari rumput untuk kuda. Ketika ia berhasil membawa keluarganya lari dari Watzu, tepat di luar Tembok Besar, malah dipaksa minum arak beracun kiriman Raja Ben, kakek In Lui pun tewas mengenaskan setelah menciumi segenggam tanah airnya... Itulah dendam turunan yang diwarisi anak-cucu si kakek patriot. In Lui mesti patuh pada ayah dan abangnya yang menerima amanat almarhum. Betapa pun tulus cinta In Lui dan Thio Tan Hong, mereka memutuskan tidak bertemu lagi. Tapi takdir terus mengombang-ambingkan hingga memaksa mereka berduet lagi dan lagi menghadapi lawan-lawan tangguh. Bahkan Hek-Pek Mo-Ko (Sepasang Iblis Hitam-Putih) yang tersohor keganasannya pun mampu mereka taklukkan! Sedikit demi sedikit mulai terungkap, hakekatnya ayah Thio Tan Hong bukan pengkhianat, justru mempunyai tujuan mulia, mencegah bangsa Mongolia menyerbu ke Tionggoan.