Detik dan Detak
  • Reads 890
  • Votes 222
  • Parts 10
  • Reads 890
  • Votes 222
  • Parts 10
Ongoing, First published Oct 24, 2016
Sipnosis

RS.Putri: P

RS.Putri: Ping ping ayam

Hhh.. lagi-lagi cewek itu mebuang nafas berat. Centang satu pada pesan yang dikirimnya pada Angga.

RS.Putri: Kok centang satu sih. Online kek

RS.Putri: Angga gue laper iii

RS.Putri: Angga gantenggg..

RS.Putri: Kalo lo gabawa makanan krmh kita putus

Erlangga Satianova: Put

Erlangga Satianova: Gue bawa bakso yang lo mau.

Matanya melebar tanpa berkedip. Merasa tak percaya. Sebab di luar sana masih hujan deras.

Erlangga Satianova: Yang bener aja, masa cuma di read doang

Erlangga Satianova: Cepetan keluar!! Dingin tau.








😘😚💞
All Rights Reserved
Sign up to add Detik dan Detak to your library and receive updates
or
#165satria
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Kesayangan Bunda cover
Fiction -sungjake✔ cover
Little Dumplings cover
The Qonsequences cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
Kisah Tak Sempurna cover
After Graduation cover
Rafa  cover
Ziel Alexander Dominic [PDF]✔️ cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.