Jiyeon tidak pernah menyalahkan Tuhan atas garis takdir yang mengelilinginya. Bahkan ketika setelah ia kehilangan kedua orang tuanya dan diperlakukan layaknya sampah oleh musuh keluarganya. Ia tidak menyesal dan menyalahkan Tuhan atas itu. Terkadang ia bersyukur saat dalam tidurnya, mimpi buruk datang menghancurkan tidur lelapnya. Karena mimpi itu akan terus mengingatkannya akan betapa menyakitkan luka yang menggores kehidupannya. Walaupun ia terluka dengan sangat dalam, ia berdo'a pada Tuhan. Mungkin waktu bisa menyembuhkan lukanya. Tapi Jiyeon tidak ingin lukanya disembuhkan oleh waktu.
18 parts