"Hai, sekarang aku tahu namaku!" bukan jawab pertanyaan tetapi blo'on itu malah berteriak semaunya sendiri. "Siapa?" seru dara itu yang tanpa disadari ikut terhanyut dalam gelombang keblo'onan. "Wan-ong-kiam !" Walet Kuning terkejut, hampir tertawa tetapi cepat menyengir, "Jangan gila-gilaan! Engkau tahu apa artinya Wan-ong-kiam itu?" Pemuda blo'on gelengkan kepala. "Wan-ong itu artinya penasaran dan kiam Itu pedang." "Apakah maksudmu memakai nama itu?" "Entahlah aku tak tahu. Aku menemukan Wan-ong-kiam dan nama itu terus kupakai. Aku tak peduli apa artinya. Pedang Penasaran atau Pedang Buntung, itu bukan soal. Engkau boleh panggil begitu atau kalau keberatan, panggil saja Wan-ong atau Ong-kiam atau apa saja yang engkau senangi ..." Si dara tak mau melayani ocehan pemuda blo'on yang makin tak keruan itu. la menuding dan membentaknya dengan marah: "Engkau pembunuh suhu..." Belum nona itu menyelesaikan kata-kata, pemuda bloon sudah menukas : "Tidak . . . !" "Bangsat, serahkan jiwamu !" tiba-tiba Si Rajawali Mata Biru loncat menyerangnya lagi. Selama su-moaynya sedang bicara dengan pemuda blo'on, dia menghampiri dan memeriksa mayat suhunya. Ketika memeriksa tanaman mustika Liong-si-jau telah lenyap, ia makin terkejut. Tepat pada, saat itu ia mendengar pemuda blo'on mengatakan bernama Wan-ong-kiam. Padahal iapun membaca tulisan pada pedang yang menancap dipunggung suhunya itu berbunyi Wan-ong-kiam. Ya, jelaslah kalau pemuda blo'on itu yang membunuh suhunya. Maka cepat ia loncat menyerangnya. Karena ketakutan pemuda blo'on itu loncat ke samping, maksudnya hendak menghindar. Tetapi entah bagaimana gerak loncatannya itu sedemikian pesat sehingga ia tak dapat menguasai diri dan membentur karang. Dukkkk...! "Aduh!" ia jatuh terduduk, menjerit kesakitan seraya mendekap dahinya yang benjol berdarah.
46 parts