Janji itu, terucap begitu saja saat senja dengan cahaya keemasannya memulas langit. Kala itu air sungai mengalir deras, aku dan Eira duduk manis di atas jembatan memandangi hamparan luas persawahan.
"Kita sahabat, berjanjilah jangan pernah membenciku, jika suatu hari nanti kau terluka karenaku. Oke!"
"Dayna, yang benar saja!" Protes Eira dengan kerutan dahinya
"Karena akupun akan seperti itu. Jika kau terluka bicaralah padaku, maka aku akan memperbaikinya dan kita akan tetap menjadi sahabat selamanya."
Jari kita mengunci janji itu dengan kuat.
Tujuh tahun sudah, Si tomboy cantik Eira mengisi hari-hariku. Teman bertengkar memperdebatkan hal yang jauh dari kata penting. Aku masih ingat hingga saat ini, si jagung manis malang yang terbuang sia-sia. Beradu pendapat soal penyebab manisnya si jagung, membuat kita terdiam satu sama lain selama dua hari tiga puluh menit. Eira kecil begitu meyakini pemikirannya bahwa jagung itu ditanam dengan gula, membuatku kesal. Hal yang selalu menggelitik hatiku jika aku mengingatnya.
Apakah pertengkaran saat remaja, akan tetap mempersatukan kita?
Apakah suatu saat nanti akan ada seorang pangeran yang sama memasuki hati kita seperti dalam drama?
" 'Lauhul mahfudz' antara qobiltu atau innalilahi, antara kita dan malaikat izrail, antara kapan dan kafan, dan antara Ar Rahman dan yasin"
Menceritakan tentang Afhia Latifah Az-Zahra yang harus masuk pesantren dan di jodohkan dengan anak pemilik pesantren yang bernama Muhammad Zayyan Al Malik. Seorang Fhia yang berjuang karna mengidap penyakit tanpa sepengetahuan keluarga dan temannya kecuali sang adik ipar, Fhia yang harus mengetahui bahwa suaminya mencintai wanita lain, seorang Fhia yang berjuang mendapatkan cinta sang suami.
Akankah Fhia bisa meluluhkan hati suaminya?
Dan akankah Fhia bisa sembuh dari penyakitnya?
"Mungkin ada kata sulit untukku mencintaimu. Jika aku tidak melibatkan Allah dalam perjalananku"
-Muhammad zayyan al-malik-
"Apa mungkin tidak akan ada kata pantas untukku bersanding denganmu"
-Afhia Latifah Az-Zahra-