Janji itu, terucap begitu saja saat senja dengan cahaya keemasannya memulas langit. Kala itu air sungai mengalir deras, aku dan Eira duduk manis di atas jembatan memandangi hamparan luas persawahan. "Kita sahabat, berjanjilah jangan pernah membenciku, jika suatu hari nanti kau terluka karenaku. Oke!" "Dayna, yang benar saja!" Protes Eira dengan kerutan dahinya "Karena akupun akan seperti itu. Jika kau terluka bicaralah padaku, maka aku akan memperbaikinya dan kita akan tetap menjadi sahabat selamanya." Jari kita mengunci janji itu dengan kuat. Tujuh tahun sudah, Si tomboy cantik Eira mengisi hari-hariku. Teman bertengkar memperdebatkan hal yang jauh dari kata penting. Aku masih ingat hingga saat ini, si jagung manis malang yang terbuang sia-sia. Beradu pendapat soal penyebab manisnya si jagung, membuat kita terdiam satu sama lain selama dua hari tiga puluh menit. Eira kecil begitu meyakini pemikirannya bahwa jagung itu ditanam dengan gula, membuatku kesal. Hal yang selalu menggelitik hatiku jika aku mengingatnya. Apakah pertengkaran saat remaja, akan tetap mempersatukan kita? Apakah suatu saat nanti akan ada seorang pangeran yang sama memasuki hati kita seperti dalam drama?Todos os Direitos Reservados
1 capítulo