"Aku memang mencintaimu, namun bukan berarti kau bisa mengambil alih harga diriku."--Mirella Cardoso
"Kau adalah istriku, kau milikku, dan apa pun yang kau lakukan harus atas kehendakku."--Marc Marquez
Pada dasarnya, seorang wanita tercipta dari tulang rusuk yang harus dipeluk, dijaga, dilindungi, dan dicintai. Karena mereka bukan diwujudkan dari tulang kaki, yang harga dirinya bisa diinjak-injak sekehendak hati. Namun Mirella tak mendapatkan hak itu dari Marc, suaminya. Ia bukan hanya diinjak-injak, bahkan harga dirinya dikebiri. Tetapi cinta tetaplah begitu adanya, Mirella demikian. Penderitaannya berbanding lurus dengan cintanya. Hingga waktu terus merotasi detik, kekecewaannya terus merintik. Sampai ketika kuncupan pertahanannya dipertanyakan.
Apakah ia masih mampu menghadapinya?
Badai terus menantang, luka terus terhantam.
NB: sorry for bad blurb, aku berharap cerita ini lumayan nge-feel. Kritik pedas dan saran membangun akan selalu kurindukan.
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?