PROLOG : Rumah itu terletak di pinggiran kota Malang dengan latar belakang pegunungan hijau, sunyi terpencil dan jauh dari : asap-asap knalpot kendaraan yang berlalu lalang di jalanan kota dan menyesakkan rongga dada, asap-asap industri yang mulai mencemari udara kota. Meski sudah lama ditinggalkan oleh para penghuninya, kondisi rumah itu tetap terpelihara, bersih dan asri. Disamping halamannya yang luas dan ditumbuhi oleh beraneka macam tanaman, udara yang membawa titik-titik embun dan kabut tipis yang turun dari badan pegunungan, terasa begitu sejuk dan menyegarkan, membuat siapa saja ingin tinggal di rumah sederhana berlantai 2 itu. Namun, banyak terdengar kabar dari penduduk setempat bahwa rumah itu tak layak huni dan angker. Beberapa saksi mata menyebutkan, mereka seringkali mendengar tangisan seorang wanita dari dalam rumah saat tengah malam tiba, ada pula diantara penduduk pernah menyaksikan penampakan sosok wanita berbaju putih, berambut hitam pendek lagi kusut berdiri menatap halaman dari jendela lantai dua rumah itu. Bukan hanya penduduk setempat yang bersaksi bahwa, itu adalah rumah hantu, namun, beberapa orang yang pernah tinggal atau menyewa rumah itu juga bersaksi, bahwa mereka sering mendengar suara gaduh di lantai dua dan saat menuju ke tempat asal suara itu, tampak sepasang kaki tanpa alas kaki bergelantungan di tengah udara, dan selanjutnya sesosok tubuh wanita berpakaian putih melorot turun dari langit-langit dengan leher terikat oleh tali. Sebagian orang yang menyewa rumah itu menjadi gila dan sebagian lagi ada yang meninggal secara tak wajar. Banyaknya kabar tentang keangkeran rumah itu, membuat Abigail beserta teman-teman kru pembuat film-nya mengunjungi rumah itu. Berbagai peralatan canggih dipasang di setiap sudut ruangan, tujuan mereka adalah membuat film HORROR REALITY SHOW ala PARANORMAL ACTIVITY. Dari sinilah teror menegangkan lagi menyeramkan dimulai.All Rights Reserved
1 part