"Ananda Alif Alfirizi, aku nikahkan engkau dengan putri kandungku, Karin Novilda Ayu binti Fachri Abdul Latief dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang dua juta rupiah dibayar tunai." sambil menjabat tangan Alif, Fachri bicara dengan lantang.
"Saya terima nikahnya Karin Novilda Ayu binti Fachri Abdul Latief dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
''SAH!"
"Alhamdulillah."
Sebuah senyum terukir di wajah cantiknya Karin. Kini Karin sudah 'SAH' menjadi seorang istri dari Alif Alfirizi. Bakti Karin sudah berpindah pada Alif-suaminya.
Karin mencium punggung tangan Alif-suaminya dan Alif mencium kembali kening Karin. Mereka berdua telah mengikat cinta mereka dalam sebuah pernikahan.
Harfiahnya, pernikahan adalah penyatuan dua mahkluk bernama laki-laki dan perempuan. Sesuai takdir-Nya. Sesuai jodoh yang ditulis dalam buku rahasia dan hanya Allah yang tahu susunannya.
Seperti kata Abi, jodoh itu cerminan diri. Jika saya baik, jodoh yang singgah juga baik. Jika saya tidak baik, jodoh yang berlabuh juga tidak baik.
Saya bukan perempuan istimewa, hanya putri Abi dan ummi yang masih suka menyusahkan mereka. Dan terus merengek ketika apa yang saya inginkan tidak dituruti.
Namun, bersamanya saya belajar menjadi perempuan yang bisa diandalkan. Berupaya menjadi perempuan yang mampu menjaga kehormatannya dan ingin diingat sebagai perempuan yang senantiasa melampiahinya dengan cinta.
Karena saya adalah istri yang dituntun nya untuk meraih Jannah, bersama.
***
Aisyah Nur Syifa.