Bab I
Music mulai dinyalakan, gerakan badan secara otomatis mengikuti alunan lagu. Jemari mungil seorang gadis mulai melambai seolah menari di dalam air. Kaki mulus yang dibalut sepatu kain berwarna biru,melangkah perlahan di sebuah lantai parket. Matanya yang besar mulai dia pejamkan, badan mungilnya mulai bergerilya di ruangan yang penuh cermin. Seolah tak peduli dengan beban dan masalah hidupnya. Nindia menjiwai lagu yang sedang diputarnya, dengan balutan kain tipis berlapis. Nindi berputar, melompat seperti burung, dan melambai gemulai hingga music tak terasa telah usai.
Dengan detak jantung yang berdegub kencang, Nindi meneteskan airmatanya. Entah apa yang membuat gadis berusia 22 tahun itu menangis tiba-tiba. Dia terduduk lemas tak berdaya sambil melihat pantulannya di cermin. Sambil tersenyum kecil,Nindi berbicara sendiri "Aku tak sanggup, tapi aku harus bisa..."
Tak lama ada suara langkah kaki mendekati pintu studio. Dengan segera Nindi mengusap airmatanya. Dan terbangun dari duduknya. Sambil mengikat rambut panjangnya yang terurai dengan karet pita favoritnya. "Nindiaaaa.." teriak seorang gadis berkacamata sambil membuka lebar pintu studio. "Risaaa.. hai,apa kabar?" balas Nindia sambil berlari memeluk Risa,sahabatnya sejak sekolah dasar. Mereka saling berpelukan gembira,karena sudah 3 tahun mereka tak berjumpa. Risa yang ikut suaminya tinggal di Jepang,telah kembali ke Indonesia karena kontrak kerja suaminya habis. Mereka bercengkrama sangat lama. Hingga Risa dijemput oleh suaminya. Dan mereka kembali membuat janji untuk bertemu lagi keesokkan harinya.
Nindia juga turut pulang, sejenak dia lupa dengan deritanya karena tertutupi oleh kehadiran Risa. Dengan motor maticnya,Nindia segera bergegas pulang karena tak terasa sudah larut malam.
Sesampainya Nindi di rumah, dia meletakkan tasnya,membuka sepatunya. Dan duduk di meja riasnya yang tidak begitu besar. Dia membersihkan wajahnya dan tiba-tiba suara handphonenya berbunyi.
=AUTHORIZED TRANSLATION=
Ini adalah terjemahan Bahasa Indonesia yang sudah memiliki ijin resmi dari penulis 😊🫶🏻
⭐️⭐️⭐️
Saat Arthit mengungkapkan persaannya, Daotok tidak tahu harus berbuat apa meskipun dia juga menyukainya.
Tapi, yang terjadi adalah Daotok menolaknya.
"Kau tertarik padaku karena kau belum pernah bertemu dengan orang sepertiku."
Meskipun begitu, Arthit adalah seseorang yang keras kepala, dia terus mengungkapkan perasaanya meski terus di tolak.